A. Pengertian
Penilaian Status Gizi
Status
gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia.
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi
atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. Sedangkan status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel
tertentu. Contoh : Gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya
pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
B.
Faktor
yang Memengaruhi Status Gizi
1.
Faktor Eksternal
a. Pendapatan,
masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
b. Pendidikan,
pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik.
c. Pekerjaan,
pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
d. Budaya,
budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.
2.
Faktor Internal
a.
Usia, usia akan mempengaruhi kemampuan atau
pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita.
b.
Kondisi Fisik, mereka yang sakit, yang sedang dalam
penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena
status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk,
adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan
untuk pertumbuhan cepat.
c.
Infeksi, infeksi dan demam dapat menyebabkan
menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.
C. Penilaian Status Gizi
Menurut
Supariasa (2001) penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara,
yaitu :
1. Secara
Klinis
Penilaian
Status Gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama
untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Teknik
penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara klinis. Pemeriksaan secara
klinis penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis
secara cepat (rapid clinical surveys).
Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Pemeriksaan
klinis terdiri dari dua bagian, yaitu:
a.
Medical
history (riwayat medis), yaitu catatan mengenai
perkembangan penyakit.
b.
Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan
mengamati gejala gangguan gizi baik sign (gejala yang apat diamati) dan
syimptom (gejala yang tidak dapat diamati tetapi dirasakan oleh penderita
gangguan gizi).
2. Secara
Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah
pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Salah satu ukuran
yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin
sebagai indeks dari anemia. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
3. Secara
Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk
melihat tanda dan gejala kurnag gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata,
lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.
4. Secara
antropometri
Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur antara lain : Berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah lama di
kenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan maupun
masyarakat. Antropometri sangat umum di gunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan
energi dan protein.
Dalam pemakaian untuk penilaian status
gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel
lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Umur
Umur
sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk
memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu
penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun
adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.
b.
Berat Badan
Berat
badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk
cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian
dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan
karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi
dari waktu ke waktu.
c.
Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi
pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan
dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.
Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur),
atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun
sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan
yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun. Berat badan
dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status
kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi.
Pengukuran
antropometri ada 2 tipe yaitu :
a. Pertumbuhan
Perlu ditekankan
bahwa pengukur antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik-teknik yang
dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan cara-cara yang baku
dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran
lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit diperlukan untuk penilaian
pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak. Jenis pengukurannya meliputi
berat dan tinggi badan terhadap umur, lingkar kepala, tebal kulit dan indeks
massa tubuh.
b. Ukuran
komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang
bebas lemak.
Metode
Penilaian Tidak Langsung
Penilaian
status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode
ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Survei Konsumsi Makanan
a. Pengertian Survei
konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b.
Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang kon¬sumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi
2. Penggunaan Statistik Vital
a.
Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital
adalah dengan menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan
data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
b.
Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian
dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Penilaian Faktor Ekologi
a.
Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan
budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
b.
Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar
untuk melakukan program intervensi gizi.
D. Cara Mengukur Status Gizi
Status
gizi adalah salah satu indikator untuk menilai status kesehatan remaja yang
mudah dan murah, yang dibutuhkan hanya disiplin dan komitmen untuk terus
menerus secara rutin memantau berat badan dan tinggi badan. Status gizi pada
remaja dihitung dengan menggunakan rumus indeks massa tubuh atau yang biasa
disingkat dengan istilah IMT atau BMI (Body
Mass Index). Akan tetapi IMT bukan tanpa kelemahan, karena IMT hanya menggambarkan
proporsi ideal tubuh seseorang antara berat badan saat ini terhadap tinggi
badan yang dimilikinya. IMT tidak mampu mengambarkan tentang proporsi lemak
yang terkandung di dalam tubuh seseorang.
Meskipun
demikian, jika nilai IMT sudah menunjukkan ke arah kelebihan berat badan atau obesitas,
biasanya seseorang diminta untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, apakah kelebihan
berat badan tersebut merupakan hasil dari timbunan lemak atau otot, bisanya dengan
menggunakan beberapa pengukuran antropometri seperti pengukuran lemak bawah
kulit. Sebagaimana kami jelaskan sebelumnya bahwa IMT merupakan salah satu
metode yang bisa digunakan untuk menghitung status gizi pada remaja, berikut
rumus perhitungan IMT :
IMT
= Berat badan/(Tinggi badan x Tinggi badan)
Catatan
:
Berat badan dalam satuan kilogram dan tinggi
badan dalam satuan meter.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai penilaian status gizi, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Penilaian status gizi merupakan
penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai
macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko
status gizi kurang maupun gizi lebih.
2.
Faktor yang memengaruhi status gizi
diantaranya yaitu faktor eksternal yang meliputi pendapatan, pendidikan, pekerjaan,
budaya sedangkan faktor internal meliputi usia, kondisi Fisik, infeksi dan
demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan.
3.
Ada beberapa cara dalam penilaian status
gizi yaitu penilaian secara langsung diantaranya yaitu secara klinis, secara
biokimia, secara biofisik dan secara antropometri, sedangkan penilaian secara
tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survei konsumsi makanan, penggunaan
statistik vital dan penilaian faktor ekologi.
4.
IMT merupakan salah satu metode yang
bisa digunakan untuk menghitung status gizi pada remaja, berikut rumus
perhitungan IMT : IMT = Berat badan/(Tinggi badan x Tinggi badan).
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan yaitu sebaiknya
dalam penulisan makalah selanjutnya menggunakan referensi yang lebih banyak,
dapat berupa artikel, buku maupun jurnal. Sebaiknya pembaca dari makalah ini
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dikemukakan mengenai status gizi,
sehingga masyarakat memiliki status gizi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kesmas, 2013. Penilaian Status Gizi. http://www.indonesian-publichealth.com.
Diakses pada Tanggal 1 Januari 2015.
Kemenkes
RI. 2011. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0. 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Supriasa, dkk. 2002.
Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran (EGC).
Suryati. 2008. Hubungan Status Gizi dengan Kebiasaan Makan
Ikan. Jakarta: FKM Universitas Indonesia.